NGOPILOTONG.COM,  -  Nilai tukar rupiah kembali mengalami penurunan signifikan pada Jumat (26/4/2024), sore ini, mencapai Rp16.210 per dolar AS. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengidentifikasi sejumlah faktor eksternal yang menjadi penyebab pelemahan kurs rupiah saat ini.


Dikutip dari Kontan, Salah satu faktor tersebut adalah menguatnya indeks dolar AS, yang terkait dengan data Departemen Perdagangan AS yang melaporkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal pertama 2024 sebesar 1,6 persen, di bawah perkiraan sebelumnya. Data ini mengisyaratkan adanya kekhawatiran terkait pertumbuhan ekonomi AS.


Sementara itu, inflasi yang diukur dengan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) inti juga naik 3,7 persen, melebihi perkiraan sebelumnya sebesar 3,4 persen. Hal ini menunjukkan adanya tekanan inflasi yang dapat mempengaruhi kebijakan moneter AS.


Di sisi lain, secara internal, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan bahwa kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Maret 2024 masih menunjukkan surplus, meskipun kondisi geopolitik global yang meningkat menjadi perhatian. Surplus APBN tercatat sebesar Rp8,1 triliun atau 0,04 persen dari Produk Domestik Bruto (GDP).


Pengamat Pasar Keuangan, Ariston Tjandra, juga menyoroti data ekonomi AS yang menunjukkan komponen harga dari PDB kuartal pertama naik melebihi ekspektasi pasar, serta penurunan klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang lebih baik dari prediksi.


Menyikapi hal ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa meskipun nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami depresiasi, namun situasi ini masih relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Depresiasi rupiah sebesar 5,37 persen secara year to date (ytd) masih berada dalam kisaran yang dapat diterima.


Sri Mulyani juga membandingkan pelemahan nilai tukar rupiah dengan mata uang negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara seperti Thailand, Korea Selatan, dan Vietnam yang juga mengalami pelemahan dalam rentang yang serupa.


Dengan demikian, situasi ekonomi global dan domestik terus menjadi perhatian dalam menilai kinerja mata uang negara, termasuk nilai tukar rupiah yang terus dipantau oleh pelaku pasar dan pemerintah.




Editor     :  Ahmad Firdaus



Baca Artikel Lainnya di GOOGLE NEWS