NGOPILOTONG.COM,  -  Selain itu, mereka masih satu ikatan konfederasi Pitulimpoe. Pasukan Belanda tiba di Mangopi tgl 7-4 dijemput arung Mangopi dan gallak Soppeng tgl 8 - 4 tiba di Turungang dan tgl 9 - 4 tiba di Tangngalembang. Asisten Residen JA. BAKKERS juga ikut dalam rombongan yang didampingi oleh juru bahasa Daeng Mattola dan minta untuk berunding di pinggir sungai Bintulang tapi gagal krn Patongko tidak mau hadir dan mempercayakan kepada keluarga dekatnya bernama Daeng Manangkasi untuk memimpin pertemuan dengan Belanda di Bintulang. 


Belanda tetap menginginkan bahwa Patongko lah yang langsung hadir dan memerintahkan Daeng Manangkasi untuk menjemput Patongko tapi tetap gagal  dan akhirnya Daeng Manangkasi menjamin untuk menerima keinginan Belanda dengan ketentuan tidak membakar rumah penduduk ataupun menembaki penduduk. Dia berjanji akan ke Lembangcina esok hari jam 13.30 dgn membawa semua kalompoang Manipi. Dan benar esok harinya tepat waktu datanglah rombongan Manipi ke Lembang Cina atau Tangalembang dengan membawa kalompoang Manipi semuanya seperti :


  • bendera Macangnga 
  • besi pakka
  • tombak kalula
  • payung taddung tanre
  • rantang
  • okong labbu

Semua kalompoang ini diantar oleh Adak Tallua ri Manipi terdiri dari Coe , Rampeang dan Bemba. Hadir pula mendampingi adalah Gellak Manipi  Puang Coe dan sulewatang Manipi Palatang Daeng Mangoppo serta ratusan masyarakat pendukung Patongko daeng Pasampo yg kharismatik itu. 


Arajang inilah yang digunakan dalam pelantikan Besse Rameng sebagai Karaeng Manipi merangkap Turungan secara adat sebagai tanda sahnya seorang raja dimata masyarakat. Kalompoang Manipi ini disandingkan dengan kalompoang Turungang sebagai syarat sahnya Besse Rameng sebagai penguasa Manipi bersama Turungang. Pelantikan secara adat ini berlangsung di Lembangcina tgl 10 APRIL 1862. 


Saat itu Terasa tidak menjadi target serangan karena dianggap milik Bone sementara Bone masih akrab dengan Belanda sehingga Terasa aman dalam ekspedisi militer ini. Posisi Terasa itu berada disisi kanan sungai Tangka yang berdasarkan Perjanjian Caleppa 1565 antara Gowa Bone disepakati batasnya adalah Sungai Tangka. 


Setelah Besse Rameng resmi memimpin Manipi dan Turungang  usai pelantikan nya sebagai Regent Manipi dan Turungang tgl 1-8-1862 bersama-sama dengan Pahare Daeng Mangiri dari Tondong dan La Herrang Daeng PATOMPO arung Manimpahoi yang pelantikannya dipusatkan di Tondong, walaupun sesungguhnya Besse Rameng itu telah dilantik menjadi seorang Ratu yang sah dengan kalompoang yang lengkap secara adat. Selanjutnya usai terbentuknya Afdeling Sinjai atau Oostdistrichten Sinjai pada tgl 15-11-1862  maka kekuasaan Manipi Turungang dibagi menjadi 4 kelompok kekuasaan yaitu:


1.Arung Manipi Besse Rameng membawahi Manipi, Bulu, Manassa, Magala, Kajuara, Bungaiya, Buntulang, Pasampoang, Lembang Lembanna, Tabunge, Maconggi, Riango, dan Jenja. 

2.Sulewatang Manipi Baso Daeng Mamanjeng menguasai Kasuarang mencakup pula Samberaiya, Lembang Riango, Lembang Manipi, Salo Matea, Tacongo, Jepara, Cebo, Salo Bangkaiya, Parampanga, Katute, Borong Manipi, Bontoa, Kahai, Gori2, Lohe Batu dan Barae. 

3.Galla Soppeng La Toga menguasai Bulu, Sapearing, Kampala 1,2 dan 3, Lembang, Lembang Cina dan Cabu. 

4.Arung Sapotinggi Nyompa Daeng Pabeta menguasai Inruk Lamung,  termasuk Pattung, Balantieng, Tajuru, Batu, Bongki2, Kassibuleng, Jojong, Nangkaiya, Kalimbu. 


Perlu difahami bahwa kepemimpinan tertinggi tetap di tangan Besse Rameng sebagai Karaeng Manipi sekaligus Turungang. 


Sebagai wilayah regentschap, maka pemimpin tertinggi tetap atas persetujuan Belanda walau peran Dewan Adat tetap ada pasca Besse Rameng. Adapun sosok yang pernah menjabat sebagai regent di Manipi adalah:


1.Besse Rameng mulai 1-8-1862 sampai 27-10-1865.

2.Makkunasse Daeng Matekko mulai 27-10-1865 sampai 22-3-1873.

3.Lebu Daeng Malluru sebagai caretaker sebelum ada Regent yg ditetapkan. 

4.Tammu Daeng Parenring mulai 23-3-1863 sampai 17-4-1773

5.Lebu Daeng Malluru 18-4-1873 sampai 3-3-1881.

6.Baso Daeng Patinung mulai 3-8-1881 sampai 24-12-1896.

7.Maddukelleng Puanta Laloa  mulai 4-3-1881 sampai 2-8-1881.

8.Baso Daeng Papada mulai 25-12-1896 sampai lahirnya kebijakan Adatgemeenschapt

   tahun 1913.


Selain regent, di Manipi juga pernah diangkat beberapa orang sebagai Sulewatang seperti La Nyorang Deppahakkang, Karambong Daeng Materru yg dilantik pada 17-6-1895 era regent Baso Daeng Patinung, Baso Daeng Mamanjeng Puang Tinggia, Petta Sau dll. Sedangkan Puang Kali yg pernah menjabat sebagai Kadhi antara lain oleh Kali Butta Janggo, Kali Tuju, Kali Daoda Toheng Daeng Serang dll. 


Dari data regent di atas, tampaknya sangat lengkap tetapi data para arung Manipi, dari beberapa lontara silsilah yang penulis pernah lihat, tampaknya susah untuk diretas krn pemiliknya hanya menulis jalurnya secara vertikal saja yg dijabat okeh keluarganya sehingga sangat membingungkan . Kesulitan lain adalah krn diantara pemilik lontara silsilah tidak pernah berembuk menyambung nazab itu secara berurut. Penulis juga berkali-kali mengemis untuk diperlihatkan tapi selalu gagal dan gagal sehingga data Manipi saya alihkan pada data kolonial karena akses data di Manipi dan sekitarnya sangat terbatas. 


Salah satu contoh nama besar Manipi yang tidak tercatat di lontara yang ada di Manipi tapi tercatat dalam Lontara Raja Bone adalah keberadaan Arung La Mappasessa seperti yang dicatat oleh La Patau Arumpone. Dalam lontara Catatan Harian beliau menulis tgl 2-10-1708:


Nabenni salompekna To Attangkilang naengka si Wawobulu ri Latimojong(istana La Patau di Cenrana Bone) kuassajingi I Mallu pada oroanena I La Mappasessa. Naiya tona nasiturusi se Wawobulu La Malluse iya Arung ri Turungang, La MAPPASESSA arung ri Manipi. Napada poanung tonna manakna. 


Dari data ini jelas menunjukkan bahwa salah satu sosok yang pernah memimpin di Manipi adalah I Mappasessa yang tidak tercatat dalam lontara silsilah Manipi yang penulis pernah amati. 


Perlu difahami pula bahwa sebelum adanya regent di Manipi. Struktur pemerintahan nya terdiri dari:


1.Puanta sebagai pemimpin tertinggi

2.Sulewatang  penanggungjawab bidang hukum dan pabbarani. 

3.Kali sebagai pemimpin keagamaan. 

4.Ledeng bidang peradilan adat

5. GALLA pimpinan wilayah bawahan Puanta

6.Pinati untuk hal ritual

7.Jannang atau jabatan khusus 


Komposisi wilayah yg penulis urai di atas mengalami perubahan lagi saat pemberlakuan Adatgemeenschapt di Manipi tahun 1913 dibawah Baso Daeng Papada sampai Kepemimpinan awal dari Andi Jayalangkara Puatta Lombe menjelang kemerdekaan. Saat pemberlakuan sistem Adatgemeenschapt ini, Terasa kembali bergabung dengan Pitu limpoe setelah lebih 50 tahun  bergabung dengan Kahu di Bone tapi pemimpinnya tetap bergelar Karaeng sebagai penghormatan sementara yang lain diturunkan satu tingkat. Adapun komposisinya dan gelar barunya adalah:


1. Kayutanang bergelar Gella

2. Hulo bergelar Kapala. 

3. Kaluarang bergelar Kapala

4. Kasuarang bergelar Kapala. 

5. Lembanna bergelar Kapala. 

6. Pussanti bergelar Kapala 

7. Soppeng bergelar Galla

8. Barambang bergelar Kapala 

9. Nangkae/Bongki2 bergelar Kapala 

10. Bonto bergelar Aru. 

11. Kampungbaru bergelar Galla

12. Magala bergelar Kapala

13. Bihulo bergelar Kapala 

14.Terasa bergelar Karaeng 

15. Kampala bergelar Kapala

16. Batu bergelar Gella

17. Kalimbu bergelar Kapala

18. Tajjuru bergelar Gella



SUMBER:

  • Lontara Patturiolongnga ri Turungang milik Puang Sahibe di kampung Soppeng. 
  • Lontara Silsilah Manipi milik pak Ishak Manipi. 
  • Catatan Sistem pemerintahan Manipi milik pak Abd. Kadir di Manipi
  • Daftar regent Oostdistrichten milik penulis
  • Lontara Catatan Harian La Patau dan La Temmassonge milik penulis( copyan) 
  • Lontara Datu Halie milik penulis dan milik Ivan Akil di Wajo 
  • Ekspedisi Militer Belanda di Sinjai 1860-1871 koleksi penulis 
  • Dll. 




Editor     :  Ahmad Firdaus



Baca Artikel Lainnya di GOOGLE NEWS