NGOPILOTONG.COM,  -  Coto, hidangan khas Makassar, memiliki tempat istimewa dalam budaya kuliner masyarakat setempat. Namun, tidak semua coto memiliki sejarah dan makna yang sama. Salah satunya adalah "Aroma Coto Gagak", yang lebih dari sekadar makanan, tetapi merupakan bagian dari warisan budaya yang turun temurun.


Dalam sebuah video, disampaikan bahwa nama "Gagak" dalam coto ini bukanlah merujuk kepada burung gagak, melainkan memiliki keterkaitan dengan ayat dalam Quran Surah Al-Maidah yang menyebutkan burung gagak. Pendamping hidangan ini menjadi legendaris di Makassar, dimana pada masa kerajaan dulu, coto sering disajikan untuk para raja.


Pemilik utama "Aroma Coto Gagak" adalah Haji Jamaludin, yang mengembangkan bisnisnya sejak tahun 1965. Awalnya, coto hanya dihidangkan hingga jam 11 pagi, namun kemudian berkembang menjadi layanan 24 jam, menjadi satu-satunya tempat di Makassar yang konsisten buka selama 24 jam. Filosofi di balik coto ini adalah tentang aroma, rasa, tempat, dan pelayanan yang terjaga.


"Coto Gagak" bukan hanya makanan, tetapi juga simbol keberlanjutan budaya dan tradisi. Selain itu, ketupat menjadi pasangan yang tidak terpisahkan dari hidangan ini, mencerminkan akulturasi budaya antara Jawa dan Makassar. Dengan ratusan mangkok coto yang terjual setiap hari, "Aroma Coto Gagak" tetap menjadi tempat yang ramai, melayani pelanggan dari berbagai lapisan masyarakat, tanpa terbatas waktu.


Sebagai warisan budaya, "Aroma Coto Gagak" tidak hanya menjaga cita rasa autentik, tetapi juga melestarikan nilai-nilai tradisional Makassar. Dengan setiap hidangan yang disajikan, cerita dan sejarah panjang Makassar terus hidup, membuatnya lebih dari sekadar makanan, tetapi juga bagian dari identitas dan kebanggaan masyarakat setempat.



Coto Legendaris "Aroma Coto Gagak", Bukan dari Daging Burung Gagak

"Makan coto itu bagi orang-orang Makassar asli merupakan pengalaman yang mendekatkan mereka dengan tradisi, duduk dekat tungku dengan udara yang tidak terlalu panas maupun dingin, tetapi cukup untuk mengeluarkan keringat." 




Coto Gagak, sebuah hidangan legendaris dari Kota Makassar, ternyata memiliki kisah yang menarik. "Gagak" dalam nama tersebut tidak berasal dari burung gagak, melainkan dari lokasi di Jalan Gagak. Namun, dalam penelusuran, mereka menemukan bahwa ada hubungan antara gagak dengan hidangan tersebut.


"Penyaji coto sebenarnya berasal dari Takalar. Ada juga coto yang warna kuahnya putih. Namun, yang kami hidangkan di coto Gagak adalah yang original, yang khas pada zaman kerajaan," ungkapnya.


Filosofi dari hidangan coto Gagak terdiri dari tiga poin: aroma, rasa, dan pelayanan. Hidangan ini, yang telah berdiri sejak tahun 1965, memiliki keunikan tersendiri. Awalnya, coto hanya dihidangkan dari pagi hingga jam 11 malam. Namun, usaha mereka menjadi 24 jam setelah menemukan minat yang meningkat dari pendatang.


Dalam penyajiannya, coto Gagak menjadi salah satu contoh makanan cepat saji yang cepat dalam pelayanan. "Target penjualan kami setiap harinya minimal 1000 mangkok, terutama pada hari-hari biasa," jelasnya.


Meski telah berubah zaman, coto Gagak tetap konsisten dalam menghidangkan hidangan legendaris ini, menjadi tempat favorit bagi masyarakat Makassar dari pagi hingga malam.




Editor     :  Ahmad Firdaus



Baca Artikel Lainnya di GOOGLE NEWS